Sabtu, 20 Juli 2013

Museum Bahari

Sejarah Museum Bahari

     Masa penjajahan yang ada di Indonesia menyisakan berbagai macam peninggalan, terutama dalam wujud arsitektur bangunan. Salah satu fungsi bangunan yang cukup penting pada masa tersebut adalah gudang penyimpanan rempah-rempah. Para penjaajah datang ke Indonesia salah satunya adalah untuk mengambil hasil rempah-rempah yang dihasilkan dari Indonesia (sebagai negara yang menghasilkan rempah-rempah terbesar). Sebelum akhirnya rempah-rempah tersebut diimport atau diekspor ke mancanegara, rempah-rempah di simpan di dalam suatu tempat/gudang penyimpanan. Gudang penyimpanan terletak pada daerah yang dekat dengan pelabuhan hal ini untuk memudahkan akses penyimpanan. Museum Bahari adalah bangunan yang dialihfungsikan dari gudang penyimpanan rempah-rempah peninggalan zaman penjajah dan dijadikan bangunan museum yang berisi dengan barang-barang bersifat kelautan.

     Gedung Museum Bahari semula adalah gudang yang berfungsi untuk menyimpan, memilih dan mengepak hasil bumi, seperti rempah-rempah yang merupakan komoditi utama VOC yang sangat laris di pasaran Eropa. VOC membangun gedung ini secara bertahap sejak 1652 hingga 1759. Tepatnya di jalan Pasar Ikan Jakarta Utara, menghadap Teluk Jakarta. Disebelah kanan tak jauh dari gudang induk dibangun menara. Sekarang dikenal dengan nama Menara Syahbandar dibangun tahun 1839 untuk proses administrasi keluar masuknya kapal sekaligus sebagai pusat pengawasan lautan dan daratan sekitar. Bangunan yang berdiri persis di samping muara Ci Liwung ini memiliki dua sisi, sisi barat dikenal dengan sebutan Westzijdsche Pakhuizen atau Gudang Barat (dibangun secara bertahap mulai tahun1652-1771) dan sisi timur, disebut Oostzijdsche Pakhuizen atau Gudang Timur. Gudang barat terdiri dari empat unit bangunan, dan tiga unit di antaranya yang sekarang digunakan sebagai Museum Bahari. Gedung ini awalnya digunakan untuk menyimpan barang dagangan utama VOC di Nusantara, yaitu rempah, kopi, teh, tembaga, timah, dan tekstil.

     Gedung Museum Bahari ini sudah mengalami beberapa perubahan. Tahun perubahan itu dapat dilihat pada pintu-pintu masuk. Di antaranya tahun 1718, 1719 dan 1771. Pada masa pendudukan Jepang, tepatnya ketika perang dunia II meletus (1939-1945) gudang tersebut menjadi tempat logistik peralatan militer tentara Dai Nippon. Setelah Indonesia Merdeka difungsikan untuk gudang logistik PLN (Perusahaan Listrik Negara) dan PTT (Post Telepon dan Telegram). Pada 1976 kompleks gedung ini diserahkan kepada pemerintah DKI Jakarta yang kemudian dipersiapkan sebagai sebuah museum. Museum Bahari diresmikan pemakaiannya pada 7 Juli 1977.

     Koleksi-koleksi yang disimpan terdiri atas berbagai jenis perahu tradisional dengan aneka bentuk, gaya dan ragam hias, hingga kapal zaman VOC. Selain itu ada pula berbagai model dan miniatur kapal modern dan perlengkapan penunjang kegiatan pelayaran. Juga peralatan yang digunakan oleh pelaut di masa lalu seperti alat navigasi, jangkar, teropong, model mercusuar dan meriam.
Museum Bahari juga menampilkan koleksi biota laut, data-data jenis dan sebaran ikan di perairan Indonesia dan aneka perlengkapan serta cerita dan lagu tradisional masyarakat nelayan Nusantara. Museum ini juga menampilkan matra TNI AL, koleksi kartografi, maket Pulau Onrust, tokoh-tokoh maritim Nusantara serta perjalanan kapal KPM Batavia - Amsterdam.

LANDASAN TEORI
2.1 Museum
2.1.1 Pengertian Museum
Museum pada umumnya dikenal dengan sebuah gedung atau bangunan yang menyimpan koleksi benda-benda warisan budaya yang bernilai luhur yang patut disimpan. Dalam sejarah museum mengalami perubahan - perubahan yang bersifat fungsi museum yang awalnya kemudian berkembang dan bertambah dengan fungsi pemeliharaan, pengawetan, penyajian atau pameran dan akhirnya fungsi ini semakin bertambah.
Dengan perkembangan museum muncul berbagai teori tentang pengertian museum. Beberapa pengertian museum :
·         Museum adalah sebuah lembaga yang bersifat tetap, tidak mencari keuntungan, melayani masyarakat dan pengembangannya terbuka untuk umum, yang memperoleh, merawat, menghubungkan dan memamerkan, untuk tujuan pendidikan, penelitian dan kesenangan, barang-barang pembuktian manusia dan lingkungannya (International Council of Museum)
·         Museum adalah lembaga, tempat penyimpanan, perawatan, pengamanan dan pemanfaatan benda-benda bukti materil hasil budaya manusia serta alam dan lingkungannya guna menunjang upaya perlindungan dan pelestarian budaya bangsa (Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 1995 Pasal 1 ayat (1))
·         Museum adalah tempat untuk mengumpulkan, menyimpan, merawat, melestarikan, mengkaji, mengkominikasikan bukti material hasil budaya manusia, alam dan lingkungannya. (Amir Sutaarga, 1995:1)

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa museum adalah suatu lembaga yang berupa bangunan atau tempat yang berfungsi sebagai tempat mengumpulkan, menyimpan, merawat, melestarikan, mengkaji, mengkonsumsikan bukti material hasil budaya manusia, alam dan lingkungannya, yang bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari (edukasi, rekreasi, dan konservasi).



2.1.2 Sejarah Museum
                 Perkembangan museum di Indonesia dipengaruhi oleh masa penjajahan Belanda. Memasuki abad ke-18 VOC maupun Hindia-Belanda pada tanggal 24 April 1778 mendirikan  Bataviaach Genootschap van Kunsten en Wetenschappen merupakan sebuah lembaga yang bertugas dalam ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Yang salah satu tugasnya adalah memelihara museum yang meliputi: Pembukuan; himpunan etnografis; himpunan muzikologis; himpunan kepurbakalaan; himpunan prehistori; himpunan keramik; himpunan muzikologis; himpunan numismatik; serta naskah-naskah termasuk perpustakaan.


2.1.3 Klasifikasi Museum
                 Tiap museum memiliki koleksi yang berbeda-beda baik asa, jenis, kedudukan, penyelenggara, jenis, koleksi sehingga museum dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1)      Menurut asal koleksi :
a.       Museum umum
Museum yang koleksinya terdiri dari kumpulan bukti material manusia dan lingkungannya yang berkaitan dengan berbagai cabang seni, disiplin ilmu dan teknologi.
b.      Museum Khusus
Museum yang koleksinya terdiri dari kumpulan bukti material manusia atau lingkungannya yang berkaitan dengan satu cabang seni, cabang ilmu, atau satu cabang geologi.
2)      Menurut kedudukannya :
a.       Museum Tingkat Nasional
Koleksinya berasal dari seluruh wilayah nusantara.
b.      Museum Tingkat Regional
Koleksinya berasal dari seluruh wilayah propinsi tertentu.
c.       Museum Tingkat Lokal
Koleksinya berasal dari seluruh wilayah kabupaten dan kotamadya
3)      Menurut Penyelenggara :
a.       Museum Pemerintah
Diselenggarakan dan dikelola oleh pemerintah.
b.      Museum Swasta
Diselenggarakan dan dikelola oleh swasta.




2.1.4 Kegiatan Museum
A. Pameran
Pameran adalah satu atau lebih koleksi di museum yang ditata berdasarkan tema dan sistematika tertentu yang bertujuan untuk diperlihatkan kepada pengunjung museum.
Berdasarkan pengertian dan jangka waktu pelaksanaan pameran, pameran museum dibagi menjadi dua jenis :
                        Pameran Tetap
Pameran tetap adalah pameran yang diselenggarakan dalam jangka waktu
sekurang-kurangnya lima tahun.
Pameran Khusus
Pameran khusus dibagi menjadi dua :
1.      Pameran Khusus
Pameran (khusus) adalah pameran yang diselenggarakan dalam jangka waktu tertentu dalam waktu yang singkat dari satu minggu sampai satu tahun.
2.      Pameran Keliling
Pamern keliling merupakan pameran yang diselenggarakan diluar museum pemilik koleksi, dalam jangka waktu tertentu, dalam variasi waktu yang singkat.
B. Kegiatan Pendidikan
Dalam sebuah museum juga terdapat berbagai kegiatan seperti kegiatan pendidikan yang bersifak aktif seperti :
·         Ceramah
·         Diskusi
·         Kursus
·         Perpustakaan
·         Pemutaran Slide, film documenter, film ilmiah
·         Penerbitan catalog yang berhubungan dengan program yang dilaksanakan museum.
C. Kegiatan Konservasi dan Pengolaan Koleksi
1.  Kegiatan Konservasi, meliputi :
Ø  Perawatan barang koleksi
Ø  Pengawetan barang koleksi
Ø  Pengamanan barang koleksi
2.  Kegiatan Pengelola Koleksi, meliputi :
Ø Pengadaan koleksi
Ø Identifikasi koleksi
Ø Klasifikasi koleksi
Ø Regerstrasi dan heregistrasi koleksi
Ø Katalogisasi dan rekatalogisasi koleksi
Ø Dokumentasi koleksi
Ø Pencatatan aktivitas koleksi
Ø Pertukaran koleksi
Ø Pengurangan koleksi
D. Kegiatan Pelayanan Teknis
1. Kegiatan survey dan penelitian lapangan
2. Penyelenggaraan presentasi koleksi dan presentasi ruang pamer
3. Pengadaan peralatan museum










2.1.5                  Sirkulasi di Museum
A.     Skema arus dan sirkulasi pengunjung dalam museum










B.     Skema arus dan sirkulasi koleksi dalam museum





2.2       Arahan pelestarian Kawasan

1. Arahan pelestarian kawasan
Arahan pelestarian kawasan ditujukan untuk mempertahankan kondisi fisik, ciri khas dan karakter kawasan sebagai kawasan peninggalan sejarah Kolonial di Batavia. Arahan pelestarian di Kawasan Menara Syahbandar secara umum adalah :
a.       Penyusunan pedoman desain untuk mengendalikan kemungkinan terjadinya pendirian bangunan baru dengan desain dan konstruksi yang dinilai tidak selaras dengan bangunan kuno di sekitarnya. Bagi bangunan baru diarahkan agar selaras dengan bangunan kuno di sekitarnya, dengan menyesuaikan ornamen dan bentuk atap mengikuti gaya arsitektur Kolonial.
b.      Perlindungan kawasan bersejarah melalui pemberian batasan dan penetapan zona-zona pelestarian khusus. Adanya aturan zonasi ini melindungi kawasan terhadap kemungkinan terjadinya perubahan fungsi serta pembatasan terhadap pendirian bangunan baru yang tidak sesuai dengan aturan.
c.       Pelaksanaan hukum dan peraturan pelestarian secara tegas dan adil, pelaksanaan pemberian sanksi bagi yang melanggar, pemberian sanksi yang tegas dan adil diharapkan mampu mengendalikan perubahan kawasan bersejarah.
d.      Memberikan insentif berupa keringanan retribusi dan bantuan dana perawatan bangunan, penghargaan bagi masyarakat yang telah berperan aktif dalam kegiatan pelestarian kawasan bersejarah.
e.       Memberikan penyuluhan kepada masyarakat baik pemilik bangunan bersejarah maupun non bersejarah mengenai pentingnya pelestarian kawasan bersejarah, diharapkan melalui penyuluhan ini dapat mengubah cara pandang masyarakat yang semula memandang negatif terhadap pelestarian kawasan.
f.       Pemerintah bekerja sama dengan masyarakat dalam melakukan kegiatan pelestarian serta hal – hal lain yang berhubungan dengan perlindungan kawasan dan bangunan bersejarah
g.      Pembersihan dan Pengerukan limbah kali disekitar kawasan yang menyebabkan pencemaran udara dan pencemaran saluran air, sehingga fungsi saluran air kembali normal
h.      Melakukan sosialisasi pada masyarakat sekitar agar tidak membuang limbah ke saluran air sekitar kawasan.

2. Arahan pelestarian bangunan
Arahan pelestarian bangunan bersejarah di Kawasan Menara Syahbandar dirumuskan berdasarkan pertimbangan faktor penyebab perubahan fisik bangunan bersejarah. Adapun arahan pelestarian bangunan bersejarah di Kawasan Menara Syahbandar adalah sebagai berikut:
a.       Penyusunan pedoman tata cara pemeliharaan bangunan kuno-bersejarah termasuk memuat bagian-bagian bangunan yang harus dipertahankan keasliannya. Hal ini bertujuan agar setiap bangunan bersejarah memiliki perlindungan yang jelas, sah dan mengikat sehingga apabila terjadi pergantian kepemilikan bangunan di sekitar Menara (pasar ikan), perubahan fisik bangunan oleh pemilik baru dapat dicegah. Juga dengan pemberian sanksi yang tegas kepada pemilik bangunan yang melakukan perubahan pada bangunan bersejarah.
b.      Memberikan informasi yang jelas mengenai pentingnya pelestarian bangunan bersejarah secara rutin kepada masyarakat melalui publikasi atau penyuluhan dan mengajak pemilik bangunan untuk ikut berperan aktif dalam pelestarian bangunan bersejarah di Kawasan.
c.       Pemberian insentif kepada pemilik bangunan yang telah berperan serta dalam menjaga kelestarian fisik bangunan dan kawasan, melalui pemberian bantuan dana perawatan bangunan, subsidi atau pemberian keringanan retribusi.
d.      Pemberian penghargaan dari pemerintah kepada pemilik bangunan atau masyarakat yang telah berperan aktif dalam pelestarian bangunan bersejarah, penghargaan dapat berupa piagam, publikasi, subsidi untuk pemeliharaan bangunan.
e.       Membuat acara – acara bulanan atau tahunan yang berskala nasional untuk promosi kawasan.
f.       Pemerintah dapat mengambil alih kepemilikan serta pengelolaan bangunan kuno yang terbengkalai atau pemilik tidak mampu lagi melakukan perawatan.





BAB III
3.1 Analisa Potensi dan Permasalahan pada Aspek FIsik Kawasan
I.         Zona Penunjang
Zona Penunjang  adalah suatu zona atau wilayah dalam kawasan Museum Bahari yang merupakan bagian lingkungan dari kawasan Museum Bahari.
·         Zona Perniagaan
Zona kesenian adalah suatu areal penunjang kegiatan ekonomi dan bisnis.
·         Zona Sejarah
Zona Sejarah adalah suatu areal yang memuat dan menampung kegiatan tentang sejarah budaya Betawi dari tempo dulu samapai komtemporer.
·         Zona Wisata air
Zona wisata air adalah suatu areal yang memuat dan menampung kegiatan wisata air karena dekat dengan laut dan pelabuhan Sunda Kelapa.
Masalah yang di hadapi pada kawasan KSB ini adalah :
1.       Letak bangunan yang padat
2.       Pada KSB banyak bangunan yang berdiri dengan ruko dan bangunan perdagangan lainnya
3.       Banyak bangunan kumuh disekitar Museum Bahari.

a.jpg
3.1.2.1 Tata Bangunan
Kepadatan bangunan di area perencanaan sudah semakin padat, sehingga perlunya suatu kebijakan untuk membatasi kepadatan bangunan tersebut. Zona dinamis yang menjadi konsetrasi kepadatan penduduk.
2.jpg
Sesuai dengan site plan yang terlihat di atas, maka dapat terlihat pada bagian utara tata bangunan cukup rapat dan pada bagian selatan terdapat cukup space antar bangunan tetapi berbatasan dengan toko-toko yang membatasi museum.

3.1.2.2 Sirkulasi dan Parkir
Wilayah  lokasi Museum Bahari dibatasi oleh :
·                                 Sebelah Barat                            : Jl. Pasar Ikan
·                                 Sebelah Selatan                        : Jl. Pakin
·                                 Sebelah Timur                           : Jl. Ekor Kuning
·                                 Sebelah Utara                           : Area Luar Batang
·                                  
Jalan Pakin ini merupakan penghubung kegiatan ekonomi penduduk. Jalan Pakin sangat padat dilalui kendaraan, selain kendaraan umum kendaraan lain yang juga melalaui jalan ini adalah kendaraan besar seperti truk container dan sejenisnya. Jalan Pakin menghubungkan Museum Bahari dengan Kota Tua yang merupakan pusat pemerintahan pada zamannya. Melihat perannya yang begitu besar di dalam menunjang mobilisasi penduduk mengakibatkan kapasitas jalan ini dirasakan sudah tidak mewadahi terhadap kebutuhannya di masa yang akan datang.
Masalah yang menjadi kendala pada sirkulasi Musuem Bahari ini adalah sempitnya jalan menuju kawasan Museum Bahari dan untuk area parkir di gunakan jalan sekitarnya dan menggunakan lahan parkir yang terdapat pada Menara Syahbandar. Sirkulasi penunjang lainnnya juga kurang  mendukung , sehingga parkir kendaraan memadati jalan kecil yang berada di sekitar Museum Bahari.
Sirkulasi yang berpotensi adalah:
1.       Jalan masuk utama sebelah Selatan (Jl. Pakin) karena merupakan jalan utama yang dilalui oleh banyak kendaraan Namun dikarenakan banyak dilalui kendaraan berat maka jalanan menjadi berlubang
2.     Jalan Lingkungan adalah Jl. Pasar Ikan
3.     Jalan Penunjang adalah Jl. Ekor Kuning

Sirkulasi pengunjung di dalam Museum Bahari adalah sirkulasi radial. Pintu masuk terdapat pada bagian TImur museum. Sirkulasi pengunjung museum adalah sirkulasi radial.
3.jpg

3.1.2.3    Fasad dan Ornament
Fasad dan ornament pada museum bahari ini menggunakan ciri khas bangunan kolonial dan disesuaikan dengan iklim di Indonesia, hal ini dapat terlihat dari atap bangunan yang menggunakan atap pelana.
Pintu
Pintu yang digunakan berbentuk dome dan terbuat dari kayu jati dan kusennya terbuat dari batu.
Dinding
Dinding merupakan dinding struktur dengan ketebalan 20 cm.
SAM_6111.JPG
Jendela
Daun jendela terbuat dari kayu jati dan pegangannya terbuat dari besi. Terdapat juga teralis yang terbuat dari kayu.
SAM_6120.JPG
Plafond
Plafond pada museum bahari menggunakan plafond yang mengekspos balok kayu.
SAM_6118.JPG










BAB IV
USULAN DESAIN
Berdasarkan pernyataan oleh Bapak Pinondang Simanjuntak, Kepala Dinas budaya dan museum DKI Jakarta yang dimuat dalam www.beritajakarta.com. Berikut ini adalah beberapa permasalahan dan perbaikan yang akan dilakukan oleh Bapak Pinondang Simanjuntak.
PERMASALAHAN :
1.       Lokasi Museum Bahari berada di bawah permukaan laut
2.       Limpasan air pasang yang kerap menggenangi Museum Bahari
3.       Gedung yang terbuat dari kayu terlihat keropos karena kerap terendam
4.       Kurangnya minat pengunjung, ditenggarai karena minimnya fasilitas yang disediakan.
SOLUSI :
1.       Diperlukan pembuatan drainase internal.
2.       Pengadaan pompa penyedot.
3.       Dibutuhkan tim ahli dari arkelog, planolog, arsitek budayawan, dan ahli sejarah.
4.       Dibuat jalan khusus bagi wisatawan yang memiliki kekurangan fisik
5.       Menambah lahan parkir yang ada agar bisa menampung kendaraan besar
6.       Beberapa bagian museum juga bakal dipoles agar tampilannya lebih menarik minat wisatawan.

Maka, kami sebagai mahasiswa Arsitektur yang dalam melakukan suatu penulisan konservasi arsitektur, memberikan beberapa usulan desain terkait permasalahan yang ada dan solusinya seperti berikut.
Usulan Desain Yang Akan Diterapkan Pada Museum Bahari :
1.       Diperlukan pembuatan drainase internal dan pengadaan pompa penyedot manakala air pasang tak lagi sanggup diatasi oleh drainase. Sehingga dapat menjadi alternative tercepat pada saat air pasang masuk ke dalam bangunan.
https://encrypted-tbn1.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcTqH_w8rMeHou42jGtYglShy-GpHNZOISiTRYMX_H0tKA-3c6grhttp://cdn.klimg.com/merdeka.com/i/w/photonews/2013/01/22/141906/640x320/percepat-surut-pompa-penyedot-air-diturunkan-001-iqbal-s-nugroho.jpg

2.       Dibuat jalan khusus bagi wisatawan yang memiliki kekurangan fisik dan perbaikan hampir diseluruh penghubung sirkulasi (tangga/ram)
SAM_6122SAM_6158
Gambar di atas adalah keadaan yang sebenarnya yaitu tangga kayu yang sudah mulai lapuk dimakan usia serta karena air pasang yang masuk ke dalam Museum Bahari. Pada Museum Bahari tidak terdapat Ram atau fasilitas orang cacat. Oleh karenanya akan dibuat ram atau lift sebagai fasilitas orang cacat. Seperti terdapat pada gambar di bawah ini.
4fff6dc728ba0d5557000074_alesia-museum-bernard-tschumi-architects_4248-68-374x500Observation-Elevator-Panoramic-Lift-ATOE10-
Sumber : www.fptl-bd.com

3.       Menambah lahan parkir yang ada agar bisa menampung kendaraan lebih banyak juga kendaraan besar seperti bus pariwisata serta pengadaan parkir sepeda. Karena banyak juga pengunjung yang menggunakan sepesa ontel sewaan dari Kota Tua yang dipakai untuk mengunjungi Museum-Museum  ataupun bangunan colonial jaman Belanda lainnnya menggunakan sepeda ontel.
parkirsepeda-borobudur

4.       Memaksimalkan fungsi ruang yang tidak berfungsi atau kurang berfungsi.
SAM_6145SAM_6111
Ruangaan yang tidak berfungsi maupun yang kurang berfungsi atau hanya menjadi ruang sirkulasi/penghubung dapat dijadikan hall ataupun ruang bersama Pada ruangan ini dapat juga dijadikan area duduk ataupun ruang pamer/pengenalan bangunan. Dibawah ini merupakan contoh akan dijadikan seperti apa ruangan tersebut.
4fff6dd528ba0d5557000076_alesia-museum-bernard-tschumi-architects_alesia_museum_bta_3649-528x351

5.       Pemberian taman dalam/plaza/area berkumpul outdoor pada area diantara bangunan

SAM_6154SAM_6156
Gambar diatas merupakan gambar area terbuka yang berada dianara bangunan. Pada area ini akan dijadikan plaza atau taman dalam sebagai ruang berkumpul, duduk-duduk ataupun bersantai.
CivicPlaza1Hopkins_Plaza_rendering_WEB

6.       Merenovasi ruang tata pamer menjadi lebih modern, informative dan menggunakan teknologi yang terbaru.
SAM_6119SAM_6095
Gambar diatas merupakan ruang tata pamer Museum Bahari dengan pola display yang kurang menarik dan kurang informatif akan dibuat lebih indah lagi dan lebih menarik pengunjung. Lalu ditambahkan ruang pameran yang bergaya modern ataupun futureristik yang lebih informatif, modern dan menggunakan teknologi terbaru. Dengan kesan tersebut bangunan ini tetap mempertahankan unsur kolonialnya
A503-photoA508-photoA511-photo
Sumber : Nagoya City Science Museum

7.       Penataan ruang theater Museum Bahari.
Ruang  Theater didesain lebih modern walaupun berada di dalam bangunan bergaya kolonial. Pencampuran dua gaya yang akan membuat unik bangunan dan terkesan lebih indah dan harmonis.
yuri10
\Sumber : chiaki arai kadare cultural center

8.       Penataan Café dan Toko Souvenir
1115_cafe-coupa_1024x768Cafe2
                Dengan adanya café maka pengunjung yang dating tidak susah mencari tempat makan atau minum.
SAM_1340SAM_1695
Sumber : Dokumentasi m-skizze.blogspot.com

Dan dengan adanya toko souvenir maka pengunjung dapat membawa pulang oleh2 khas Museum Mandiri.
9.       Pengadaan alarm system dan system pemadam api yang terbarukan.
AlatPemadamApi00ANd9GcT-LR9dXTHoP9Rn-Ys-28uu3Y_9AJzkKRV7EDW7k21HUkATQReh

10.   Memperluas area site Museum Bahari yang dapat diambil dari area lingkungan sekitar

11.   Pemberian vegetasi dan entrance yang nyaman bagi pengunjung.

SAM_6082

12.   Entrance dan pintu utama diberikan vocal point sehingga pengunjung dapat terarahkan dan langsung dapat mengetahui pintu masuk berada dimana.

SAM_6195
13.   Signage yang baik, terarah dan mudah terlihat serta di mengerti pengunjung.
SAM_6141

Sumber :
Sumber: